Sejarah Paroki
Paroki Alam Sutera (Gereja St. Laurensius) merupakan paroki ke-62 Keuskupan Agung Jakarta yang dimekarkan dari Paroki Serpong (Gereja St. Monika). Sebagai paroki generasi kelima yang terus bergiat membangun kehidupan menggereja dan bermasyarat, secara geografis berada dalam tiga wilayah pemerintahan daerah yang menopang DKI Jakarta, yaitu Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang. Berada di wilayah perumahan yang berkembang pesat imbas dari pembangunan dan migrasi, persekutuan umat ini lahir dari bertambahnya umat Paroki Serpong di wilayah sekitar Alam Sutera dan Gading Serpong. Pada awal tahun 2000, sudah terdapat 700 keluarga Katolik yang setiap hari Minggu beribadah di Gereja St. Monika, BSD.
Seiring berjalannya waktu, muncul kerinduan akan sebuah gereja baru karena Gereja St. Monika dirasakan tidak lagi mampu menampung umat yang semakin banyak. Kerinduan tersebut disambut baik oleh Pengembang Perumahan Alam Sutera, PT. Alfa Goldland Realty yang berinisiatif menawarkan lahan fasilitas sosial untuk dibangun gedung gereja Katolik di wilayah pengembangannya. Sejak tahun 2004 terjalin komunikasi untuk merealisasikan rencana pembangunan gedung gereja bersama RP. YD. Widyosuharjo, OSC selaku Pastor Paroki Serpong, Haryanto Tirtohadiguno, pimpinan pengembang Alam Sutera, dan pihak KAJ.
Keuskupan Agung Jakarta meresmikan Panitia Pembangunan Gereja St. Laurensius dan menugaskan RP. Anton Suprapto, SS.CC untuk merintis pembangunan dengan peletakan batu pertama pada tanggal 10 September 2005. Proses pengajuan izin untuk membangun gedung gereja ditempuh melalui komunikasi yang baik dan dukungan dari pengembang, sehingga persetujuan dari masyarakat sekitar serta instansi pemerintah dapat diperoleh dalam waktu relatif singkat. Berkat penyertaan Tuhan, pemerintah daerah Kabupaten Tangerang menerbitkan izin dari Bupati pada tanggal 6 Mei 2005 dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) pada tanggal 31 Mei 2005.
Pembentukan Stasi Alam Sutera yang diresmikan KAJ tanggal 18 Februari 2007 diawali dengan estafet penggembalaan dari Pastor Anton kepada RP. Donatus Manalu, OSC sebagai pastor stasi pertama. Kehidupan menggereja mulai bertumbuh sejak saat itu dan kelompok umat Paroki Alam Sutera memulai peribadatan perdananya di Gymnasium Sekolah Santa Laurensia yang bersebelahan dengan lahan gereja pada 27 November 2007. Bertepatan dengan Malam Natal tanggal 24 Desember 2007, aula Gereja St. Laurensius sudah dapat digunakan sebagai tempat beribadah.
Umat Stasi Alam Sutera mendapat gembala baru RP. Barnabas Nono Juarno, OSC sejak tanggal 9 Agustus 2008. Bersama Pastor Nono, kegiatan menggereja semakin berkembang, pendataan umat digiatkan, dan kegiatan umat semakin bertambah. Pembangunan fisik gereja diselesaikan dalam waktu empat tahun yang kemudian diresmikan dan diberkati oleh Uskup KAJ, Mgr. Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ, pada Hari Raya Kenaikan Tuhan tanggal 21 Mei 2009. Di kesempatan yang sama, Kardinal Julius menyapa umat Stasi St. Laurensius secara langsung untuk pertama kalinya. Pembangunan kemudian berlanjut dengan Pastoran yang diberkati oleh Uskup KAJ, Mgr. Ignatius Suharyo tahun 2011. Pada tanggal 15 Januari 2012, Mgr. Suharyo meningkatkan status dari stasi menjadi Paroki Alam Sutera yang kemudian diperingati sebagai tanggal ulang tahun paroki.
Setelah pembangunan gedung gereja dan pastoran selesai, Paroki Alam Sutera pun membangun sarana untuk berdoa maupun kegiatan pastoral. Gua Maria Penuh Rahmat diberkati dan diresmikan penggunaannya pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga tanggal 14 Agustus 2011. Dengan semakin berkembangnya kehidupan menggereja dan aktivitas pastoral, Paroki Alam Sutera membangun Gedung Karya Pastoral (GKP) yang berada di sebelah pastoran pada tahun 2011. Panitia pembangunan pun melakukan kegiatan penggalangan dana melalui Konser Natal, Charity Laurensius Golf, dan seminar. Gedung Karya Pastoral (GKP) diresmikan dan diberkati pada tanggal 10 Agustus 2014.
Paroki Alam Sutera mulai membentuk Dewan Paroki Harian (DPH) dengan masa bakti tahun 2012-2015 yang dipimpin RP. Barnabas Nono Juarno, OSC dengan dibantu oleh RD. Johan Ferdinand Wijshijer dan disusul kemudian RP. Sangker Sihotang, OSC selaku pastor rekan. Juni 2013, Pastor Nono mendapat tugas baru di Paroki Curug dan jabatan pastor kepala paroki dilanjutkan Pastor Sangker bersama pastor rekan yang baru RP. FX. Herry Sailan, OSC dan RD. Johan Ferdinand Wijshijer, yang mendapat perutusan baru pada November 2013.
“Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan”
-1 Kor 3:6-7 -
Awal pembentukan paroki, Keuskupan Agung Jakarta mempercayakan reksa pastoral Paroki Alam Sutera kepada imam-imam Ordo Salib Suci (OSC) hingga pada tanggal 28 Desember 2014, penggembalaan umat diteruskan oleh imam-imam Diosesan KAJ. Ketiga imam diosesan atau Projo yang diutus untuk pertama kali, yaitu RD. Yohanes Hadi Suryono sebagai Pastor Kepala Paroki, didampingi oleh RD. Hieronimus Sridanto Aribowo Nataantaka dan RD. Lodewijk Bambang Wiryowardoyo. Tanggal 12 Agustus 2018, Paroki Alam Sutera mendapatkan gembala baru, yaitu RD. Bernardus Hardijantan Darmawan. Tak lama berselang, umat Paroki Alam Sutera berduka karena Romo Bambang berpulang ke rumah Bapa pada tanggal 1 Oktober 2018.
Di bawah kepemimpinan Romo Hadi telah terlaksana pembaruan Dewan Paroki Harian periode tahun 2015-2018 dan 2018-2021 (terkini). Dari segi bangunan gereja, Paroki Alam Sutera mengadakan patung St. Laurensius yang merupakan santo pelindung paroki di Plaza Gereja. Pengadaan patung St. Laurensius bertujuan untuk menjadi penanda identitas Paroki Alam Sutera sekaligus mengingatkan spiritualitas yang dikembangkan di tengah umat, “Pauperes sunt Thesauri Ecclesiae – Kaum Miskin adalah Harta Gereja”. Mgr. Ignatius Suharyo memberkati dan menandatangani patung pada tanggal 14 Agustus 2016. Penyempurnaan terhadap fasilitas gereja terus dilakukan oleh Romo Hadi dan panitia pembangunan diantaranya aula gereja, ruang sakristi, dan menambahkan Ruang Adorasi di lantai dasar gereja agar umat dapat memberikan penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus. Selain itu, hadirnya beberapa patung seperti malaikat kudus, Hati Kudus Yesus, dan yang terkini Yesus Tunawisma karya Tim Schmalz sebagai katekese umat, terutama anak-anak agar semakin mengenal tokoh-tokoh orang kudus.
Di usia yang masih muda, Paroki Alam Sutera terus menunjukkan pertumbuhannya melalui kehidupan menggereja. Sadar akan kehadirannya di tengah masyarakat, umat didorong semakin terlibat dalam hidup bermasyarakat sebagaimana menjadi semangat dan gerakan KAJ. Dari hari ke hari, Tuhan menambahkan domba-dombanya bagi Paroki yang menurut data statistik tahun 2021, jumlah umat mencapai 16.120 jiwa, 4.661 KK yang tersebar dalam 23 wilayah dan 97 lingkungan. Oleh sebab itu, rencana pemekaran paroki di wilayah Gading Serpong semakin dimatangkan melalui pengurusan izin Gereja St. Perawan Maria Benteng Gading.
Area Geografis Paroki
Paroki Alam Sutera secara geografis terletak di dalam 3 pemerintahan daerah, yaitu pemerintahan kota Tangerang, pemerintahan kota Tangerang Selatan dan pemerintahan kabupaten Tangerang. Secara fisik gereja St. Laurensius terletak di dalam kota Tangerang Selatan, di kecamatan Serpong Utara.
Batas-batas paroki meliputi;
-
Batas utara, berbatasan langsung dengan Paroki Tangerang, sisi selatan jalan tol Tangerang
-
Batas timur, berbatasan langsung dengan Paroki Ciledug, sepanjang area barat perumahan Alam Sutera, jalan Bhayangkara, cluster Dahlia Loka (perumahan Graha Raya), dan jalan Pondok Jagung Timur.
-
Batas tenggara, berbatasan langsung dengan Paroki Bintaro Jaya, perumahan Villa Mutiara Serpong.
-
Batas selatan, berbatasan langsung dengan Paroki Serpong, sisi utara jalan Dami (sebelah utara WTC Serpong), sisi timur sepanjang jalan Raya Serpong sisi selatan sampai dengan persimpangan jalan SKKI, sisi utara jalan SKKI, sisi barat sungai Cisadane, sisi utara perbatasan kawasan Gading Serpong dengan kawasan BSD City.
-
Batas barat, berbatasan langsung dengan kelapa dua Paroki Curuq, sepanjang sisi timur jalan Raya Legok.
Wajah Paroki Alam Sutera Saat Ini
​
Pertumbuhan Wilayah dan Perkembangan Umat Paroki
Berlokasi di wilayah Tangerang sebagai kota satelit penyangga ibu kota DKI Jakarta, Paroki Alam Sutera hadir di tengah area perumahan, investasi dan pendidikan yang berkembang pesat. Hal ini tercermin dari demografis penduduk yang 70% didominasi oleh usia produktif dan kelompok keluarga muda. Apabila melihat dari penerimaan sakramen inisiasi di paroki ini, tiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah baptisan baru, penerima Komuni Pertama dan penerima Sakramen Penguatan. Melihat dari potensi dan peluang yang ada, pengembangan wilayah paroki terus dilakukan melalui kaderisasi pengurus lingkungan hingga realisasi pemekaran paroki baru di wilayah Gading Serpong.
​
Meningkatkan persaudaraan inklusif
Cluster adalah konsep tinggal yang saat ini mendominasi dan ditawarkan oleh pengembang perumahan di wilayah Paroki Alam Sutera. Dengan pola yang sudah terkondisikan sedemikian rupa, kecenderungan interaksi yang berfokus ke dalam menjadi tantangan tersendiri dalam menjalin relasi dengan warga di luar cluster. Kesadaran untuk membangun persaudaraan yang inklusif tidak hanya terbatas dengan hidup menggereja atau lingkungan Katolik saja, tetapi juga bertetangga dan bermasyarakat. Hal ini tercermin dari beberapa umat yang aktif menjadi pengurus di tingkat RT/RW di wilayahnya.
Membangun sinergi di dalam Gereja dan menjadi berkat bagi masyarakat
Kelompok usia produktif dan keluarga muda yang mendominasi demografi umat Paroki meningkatkan dinamika hidup menggereja. Kegiatan yang mendominasi adalah inisiatif yang bersifat penguatan iman melalui pengajaran, seminar, komunitas doa, dan liturgi. Aktivisme yang sudah ada saat ini perlu diimbangi dengan meningkatkan sinergi antar seksi atau kategorial agar dapat semakin memupuk kerjasama dalam membangun persekutuan Gereja. Di sisi lain, Gereja didorong untuk terlibat lebih dalam kehidupan bermasyarakat, menjalin komunikasi dan kerjasama dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh keagamaan lainnya. Semua hal ini dilakukan agar Gereja senantiasa menjadi berkat bagi masyarakat.
Salah satu wujud nyata yang dilakukan untuk konsolidasi ke dalam adalah Pesta Nama Pelindung Paroki. Diperingati dalam Pesta St. Laurensius setiap tanggal 10 Agustus, perayaan dilakukan bersama umat Paroki untuk merenungkan spiritualitasnya. Sebagai upaya menghadirkan Gereja kepada masyarakat dan pemangku kepentingan, Gereja membuka pintunya melalui Ulang Tahun Paroki yang dirayakan setiap tanggal 15 Januari.