Shalom sahabat OMK! Saat ini kita sedang memasuki Tri Hari Suci, yang dimulai pada Kamis Putih berarti keheningan dan ditutup pada Hari Raya Paskah dimana kita merayakan kebangkitan dan kebahagiaan. Nah, tapi Sahabat OMK tau gak sih makna dari Kamis Putih? Kemarin umat katolik di seluruh dunia memulai Tri Hari Suci dengan hari pertama yaitu Misa Kamis Putih.
Bahkan sebelum pukul 17.00, pada hari Kamis, tanggal 14 April 2022, Gereja Santo Laurensius sudah dipenuhi oleh umat yang datang dengan antusias. Tidak kalah, banyak para Orang Muda Katolik yang juga ikut hadir. Dihadiri oleh 70 OMK lebih, tidak hanya anggota Sie Kepemudaan tetapi OMK serta luar paroki juga berpartisipasi dalam Misa Kamis Putih.
Kamis Putih adalah peristiwa Tuhan Yesus membasuh kaki para muridnya dan makan malam bersama dengan mereka (untuk yang terakhir kali) sebelum Tuhan Yesus ditangkap, disesah, diolok-olok, disalibkan dan wafat di kayu salib. Misa Kamis Putih ini oleh Romo Bernardus Hardijantan “Hardi” Dermawan dan Romo Fransiskus Xaverius Dista Kristanto. Romo Hardi menekankan bahwa membasuh kaki adalah pekerjaan hamba atau budak. Kata budak dipakai oleh para nabi untuk melambangkan pekerja yang tidak diberi upah sedangkan hamba adalah pelayan yang berstatus rendah. Tuhan Yesus menurunkan derajatNya menjadi seorang hamba. Tuhan Yesus membasuh kaki kedua belas murid, termasuk Yudas Iskariot yang mengkhianatiNya dengan menyerahkan diriNya untuk disalibkan demi uang. Tuhan Yesus melakukan hal itu, supaya kelak para murid-muridNya melakukan hal yang serupa yaitu melayani sesama. Melayani sesama tentunya bukanlah hal yang mudah dan sangat melelahkan. Disini kita diajari untuk menjadi rendah hati dan melayani, dimulai dari melayani Allah sendiri lalu melayani sesama.
Misa Kamis Putih dilanjutkan oleh ibadah Tuguran dimana Romo Hardi membawa Sakramen Mahakudus keluar dari gereja dan perarakan menuju GKP (Gedung Karya Pastoral). Lalu mengapa Tuguran itu perlu dilakukan pada hari Kamis Putih? Tuguran adalah kegiatan yang dilakukan oleh umat Katolik, yakni berjaga-jaga dengan Tuhan Yesus sambil berdoa. Hal ini mencerminkan peristiwa Yesus yang berdoa di Taman Getsemani dimana para muridNya tidak sanggup untuk berjaga-jaga denganNya dan tidur terlelap.
Peristiwa Tuguran di Gereja Santo Laurensius dimulai dengan Romo Hardi beserta Putra Atar mengarak Sakramen Mahakudus dan OMK mengiringi sambil membawa lentera menuju GKP tepatnya di Ruang Kasih. Ketika Romo Hardi lewat dengan membawa Sakramen Mahakudus, OMK membungkukan badan dan menghormati dengan berlutut sampai menyentuh tanah. Sesampainya di Ruang Kasih, Romo Hardi berdoa sebentar, meletakkan Sakramen Mahakudus, lalu kembali ke pastoran untuk bersiap misa Kamis Putih selanjutnya. Tuguran dilakukan oleh 70 OMK, dipimpin oleh Cliff dari Divisi Kerohanian. Ibadah Tuguran dibuka dengan doa, dilanjutkan dengan pertanyaan refleksi oleh Gita (Div. Kerohanian).
Inti dari Ibadah Tuguran adalah saat hening, dimana kami memaknai dan mendalami perasaan takut Tuhan Yesus ketika akan dibawa untuk disalibkan. Suasana begitu khusyuk, kami seakan berada di taman Getsemani bersama Yesus, hal ini menimbulkan rasa sedih dan takut yang mendalam bahwa Yesus sebentar lagi akan diambil dari sisi kita dan disalibkan. Ibadah ditutup dengan lagu taize Pujilah Tuhan dan Yesus Ingat Aku. Ibadah Tuguran berlangsung dari pukul 18.30 sampai 19.30.
Demikian kami OMK Santo Laurensius mengikuti Misa Kamis Putih dan Ibadah Tuguran. Semoga kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. Selamat memasuki Tri Hari Suci. Tuhan Yesus Memberkati, Bunda Maria Mendoakan.